Skip to main content

Affirmed Cities

Bojonegoro, Indonesia

Toward Implementation Program Compassionate

Since launched by Regent Bojonegoro Kang Yoto, along with members of the Global Compassion Council Dr Haidar Bagir on the eve of the summit grebeg birthday Bojonegoro date of October 19, 2014 and then, and the signing of the Charter of Compassion (Charter of Compassion), Bojonegoro became one of the 45 regions that are members of the district / town compassion Asih

What is the District of Compassion? "A district / town compassion is a cozy town! A city is not convenient when there are homeless or hungry. Not convenient if every child is loved and given the opportunity to grow and develop. There is convenient when there are marginalized or oppressed. Uncomfortable when as a society we do not treat our neighbors as we want to be treated (Karen Armstrong)

International Campaign for the area compassion is a global campaign inspired by the Golden Rule (treat all others as you want to be treated) to raise awareness of the benefits of a loving act. The aim is to encourage the leadership of cities from around the world to create and unify efforts towards improvement of affection through local initiatives, policies, and projects.

The principle of compassion embedded in all religious traditions, ethics or spirituality, and calls upon us to always treat others as we wish to be treated. Compassion encourages us to work tirelessly to eliminate the suffering of fellow human beings. And to release the interests of our position for the good and welfare of others, and to respect the sanctity of every human nature, treat everyone with fairness, and respect kesamaaan absolute with no exceptions.

The core of the program are the District compassion protect physical and material well-being for its citizens. In fact, the public facilities required to accommodate all the interests of society. District declared as the district must implement compassionate compassionate program in various sectors such as urban sector, the economy, health, environment, education. Being the district / city, region, or nation of compassion, it means people are becoming empowered to make real changes and necessary and they are developing a sense of responsibility, collaboration and team involvement.

Research shows that practicing compassion led to many benefits for the individual and ultimately for all of the physical, mental, spiritual, and social. More and more city leaders from around the world are adopting affection as a focus for urban development action, to transform cities and change the world.

Currently, 231 cities in different countries also in the process became the City of Compassion. Which has been designated as the City of Compassion include Atlanta, Appleton, Denver, Houston, Seattle (all United States), Capetown (South Africa), Eskilstuna (Sweden), Groningen and Leiden (the Netherlands), Botswana, Parksville (Canada), as well as Gaziantep (Turkey).

The realization of programs in the field of education to begin later taggal December 17, 2014, schools akam distribute groceries at the local community who can not afford; the amount and quality depends on the ability of each school. To SMAN 1 Padangan planned to be distributed over 60 food packages worth Rp.100.000,00. Funds obtained from donations Mr / Mrs teacher and student twice infaq Friday.

This is the first step, the future should be considered a form of responsibility towards students who can not afford school and school environment. Do not rely solely Help Poor Students (BSM) or assistance to orphans when Birthday School and the month of Ramadan saja.Pembebasan Incidental Fund (the School Committee) for students orphans were made, but need to be launched program that involves teamwork and all teachers with a program eg one teacher one foster child (for which already receive the benefits of certification).

Many programs can be done to represent the principles of love, humanism, and pluralism. As an example that has been done is the inclusion school to accommodate those with special needs, or who have done Banyuwangi as the City of compassion first in Indonesia; Eg movement Peers Foster Students who establish solidarity between students, Charity Movement Oxygen involving all religious leaders to campaign environment, the ambulance 24 hours to serve the citizens, and the eradication of illiteracy and school dropouts who uphold the accessibility of citizens to enjoy educational services.

In addition, programs such as capital assistance for small businesses, help seed to farmers and fish farmers, surgical, and other poverty alleviation movement is also an example of public policies based on humanity. In the economic sector with a modern supermarket restrictions to maintain economic viability under it, and much more in accordance with the policies of each region.

With the participation of all citizens of Bojonegoro and public policies that are better able to uphold humanitarian values, peaceful, inclusive, affection, and pro-people then Bojonegoro Regency Compassionate as surely be realized. Let us be compassionate.

 

* * *

 

Original text

Bojonegoro Kabupaten Welas Asih

Sejak dicanangkan oleh Bupati Bojonegoro Kang Yoto, bersama anggota Global Compassion Council Dr Haidar Bagir pada malam puncak grebeg ultah Bojonegoro tgl 19 Oktober 2014 lalu dan ditanda tanganinya Piagam Welas Asih(Charter of Compassion) , Bojonegoro menjadi salah satu dari 45 wilayah yang tergabung dalam kabupaten/kota welas Asih
Apa yang dimaksud dengan Kabupaten Welas Asih? "Sebuah kabupaten/kota welas asih adalah kota nyaman! Sebuah kota tidak nyaman ketika ada yang kehilangan tempat tinggal atau lapar. Tidak nyaman jika setiap anak tidak dicintai dan diberi kesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Tidak nyaman ketika ada kelompok terpinggirkan atau tertindas. Tidak nyaman ketika sebagai masyarakat kita tidak memperlakukan tetangga kita seperti kita ingin diperlakukan (Karen Armstrong)

Kampanye Internasional untuk wilayah welas asih adalah kampanye global yang terinspirasi oleh Golden Rule (memperlakukan semua orang lain seperti Anda ingin diperlakukan ) untuk meningkatkan kesadaran akan manfaat tindakan yang penuh kasih. Tujuannya adalah untuk mendorong kepemimpinan kota dari seluruh dunia untuk membuat dan menyatukan upaya menuju peningkatan kasih sayang melalui inisiatif lokal, kebijakan, dan proyek.

Prinsip welas asih tersemat dalam semua tradisi agama, etika atau kerohanian, dan menyeru kepada kita untuk selalu memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Welas asih mendorong kita bekerja tanpa kenal lelah untuk menghapuskan penderitaan sesama manusia. Dan untuk melapaskan kepentingan kedudukan kita demi kebaikan dan kesejahteraan orang lain, serta untuk menghormati kesucian fitrah setiap manusia, memperlakukan setiap orang dengan keadilan, kesamaaan dan rasa hormat yang mutlak tanpa pengecualian.

Inti dari program Kabupaten welas asih ini adalah melindungi kesejahteraan fisik maupun materi bagi warganya. Bahkan, fasilitas publik diharuskan mengakomodir semua kepentingan masyarakat. Kabupaten yang dideklarasikan sebagai Kabupaten welas asih harus menerapkan program welas asih diberbagai sektor antara lain sektor perkotaan, perekonomian, kesehatan, lingkungan, pendidikan. Menjadi kabupaten/kota , wilayah, atau bangsa welas asih, berarti orang menjadi diberdayakan untuk membuat perubahan yang nyata dan diperlukan dan mereka sedang mengembangkan rasa tanggung jawab baru, kerjasama dan keterlibatan tim.

Penelitian menunjukkan bahwa berlatih kasih sayang menyebabkan banyak manfaat bagi individu dan akhirnya untuk semua secara fisik, mental, spiritual, dan sosial. Semakin banyak pemimpin kota dari seluruh dunia yang mengadopsi kasih sayang sebagai fokus untuk tindakan pengembangan kota, untuk mengubah kota dan mengubah dunia.
Saat ini, 231 kota di berbagai negara juga sedang dalam proses menjadi Kota Welas Asih. Yang telah ditetapkan sebagai Kota Welas Asih antara lain Atlanta, Appleton, Denver, Houston, Seattle (semuanya Amerika Serikat), Capetown (Afrika Selatan), Eskilstuna (Swedia), Groningen dan Leiden (Belanda), Botswana, Parksville (Kanada), serta Gaziantep (Turki).

Realisasi program dalam bidang pendidikan akan segera dimulai taggal 17 Desember 2014 nanti, sekolah- sekolah akam membagikan sembako pada masyarakat sekitar yang tidak mampu; jumlah dan kualitasnya tergantung kemampuan sekolah masing-masing. Untuk SMAN 1 Padangan rencananya akan dibagikan lebih dari 60 paket sembako senilai Rp.100.000,00. Dananya diperoleh dari sumbangan Bapak/Ibu guru dan dua kali infaq jumat siswa.

Ini adalah langkah awal, ke depan perlu dipikirkan wujud tanggung jawab terhadap siswa-siswa yang tidak mampu di sekolah dan lingkungan sekolah. Tidak hanya mengandalkan Bantuan Siswa Miskin (BSM) atau bantuan pada anak-anak yatim ketika Ulang Tahun Sekolah dan Bulan Ramadhan saja.Pembebasan Dana Insidental (Komite Sekolah) bagi siswa-siswa yatim piatu sudah dilaksanakan, namun perlu dicanangkan program yang melibatkan kerjasama tim dan semua guru misalnya dengan program satu guru satu anak asuh (untuk yang sudah menerima tunjangan sertifikasi).

Banyak program yang dapat dilakukan untuk merepresentasikan prinsip-prinsip kasih sayang, humanisme, dan kebhinnekaan. Sebagai contoh yang sudah dilakukan adalah sekolah inklusi untuk mengakomodir mereka yang memiliki kebutuhan khusus,atau yang sudah dilakukan Banyuwangi sebagai Kota welas asih pertama di Indonesia; Misalnya gerakan Siswa Asuh Sebaya yang menjalin solidaritas antarsiswa, Gerakan Sedekah Oksigen yang melibatkan semua tokoh agama untuk kampanye lingkungan, ambulans 24 jam untuk melayani warga, serta pemberantasan buta aksara dan anak putus sekolah yang menjunjung tinggi aksesibilitas warga dalam menikmati layanan pendidikan.
Selain itu, program-program seperti bantuan permodalan untuk usaha kecil, bantuan benih untuk petani dan pembudidaya ikan, bedah rumah, dan gerakan pengentasan kemiskinan lainnya juga menjadi contoh kebijakan publik yang berbasis kemanusiaan. Di sektor ekonomi dengan pembatasan pasar swalayan modern untuk menjaga kelangsungan ekonomi di bawahnya, dan masih banyak lagi sesuai dengan kebijakan masing-masing daerah.

Dengan partisipasi seluruh warga Bojonegoro dan kebijakan publik yang lebih mampu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian, cinta damai, inklusif, kasih sayang, dan pro rakyat maka Bojonegoro sebagai Kabupaten Welas Asih pasti dapat terwujud. Mari kita lebih berwelas asih.

 

(IMN, December 7, 2014)

 


 

←  Go back                                                                          

MENU CLOSE